RAKA'AT SHALAT TARAWIH
RAKA'AT SHALAT TARAWIH.
Oleh : Tgk. Syamsul Rizal
Setidaknya ada 3 hadist nabi yang menjelaskan tentang bilangan raka'at shalat tarawih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Imam Baihaqi dan Sunahnya dari Ibnu Abbas Radliyallahu Anhuma,
Mengenai hadist Ibnu Abbas yang di rawi oleh Ibnu Abi Syaibah dan Imam Baihaqi maka Imam Baihaqi berkomentar bahwa hadist tersebut dhaif sehingga tidak bisa dijadikan patokan dalil jumlah raka'at shalat tarawih.
Sedangkan hadist jabir yang dirawi oleh Ibnu Hibban masih terjadi banyak ihtimal/ kemungkinan yang tidak pasti terhadap makna hadist, karena boleh jadi Ibnu Hibban datang terlambat sehingga tarawih hanya tersisa delapan raka'at ataupun ia shalat bersama Nabi delapan raka'at karena terlebih dulu shalat dirumah dua belas raka'at dan masih ihtimal yang lainnya. Maka karena ihtimal tersebut hadist jabir tidak bisa dijadikan dalil jumlah bilangan rakaat shalat tarawih. didalam salah satu qaedah fiqh berbunyi:
"ketika datang suatu kemungkinan (ihtimal) atas keadaan-keadaan yang terjadi dilapangan, maka perkara tersebut menjadi mujmal dan gugurlah untuk menjadikannya sebagai dalil".
Lalu hadits Sayyidah Aisyah yang dirawi oleh Imam Bukhari dan yang lainnya bukan dalil tentang jumlah rakaat shalat tarawih karena jelas dalam hadist tersebut tertulis و لا فى غيره yang maksud nya nabi melakukan shalat tersebut tidak hanya dibulan ramadhan, sedangkan yang telah kita maklumi bersama bahwa shalat tarawih hanya dilakukan khusus dibulan ramadhan. Andai kata pun hadist tersebut tetap dipaksakan untuk menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih delapan raka'at maka sangat banyak hadist hadist lain yang menentang dengan hadist tersebut, karena dalam banyak hadist yang lain nabi shalat diwaktu malam melebihi sebelas raka'at. didalam qaedah fiqh berbunyi:
"ketika dalil-dalil bertentangan, maka menjadi gugur dan wajib berpaling pada dalil yang lain".
Maka dari ketiga hadist diatas tidak ada satupun yang bisa menjadi dalil bagi jumlah raka'at shalat tarawih karena alasan yang telah dikemukakan diatas.
Lalu apakah yang menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih ??
Yang menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih adalah ijma' para shahabat yaitu mereka menetapkan bahwa raka'at shalat tarawih sebanyak dua puluh rakaat. Berikut ini beberapa hadist yang menjelaskan tentang jumlah raka'at shalat tarawih nya para shahabat.
"Imam Malik meriwayatkan dalam Muwattha' dari Yazid bin Ruman, beliau berkata : { Orang-orang pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra melakukan shalat (tarawih dan witir) duapuluh tiga rakaat }. maksudnya bahwa mereka malakukan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat kemudian witir 3 rakaat".
Maka jumlah raka'at shalat tarawih yang tidak kurang dari dua puluh raka'at adalah ijma' para shahabat. Maka siapa saja yang menyelisihi nya sama dengan ia telah bersalahan dengan ijma' shahabi. Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa orang yang mengingkari ijma' secara umum terbagi kepada 2 pembagian.
1. Kafir apabila yang diingkari ijma' yang zharuri yaitu ijma' yang semua kalangan mengetahuinya seperti kewajiban shalat, puasa dan haji.
2.Haram/ tidak kafir apabila yang diingkari ijma' yang tiada zharuri.
Bahkan orang yang menyelisihi jumlah raka'at shalat tarawih dibawah dua puluh raka'at adalah orang yang menyelisihi khulafaurrasyidin (Abu bakar, Umar, Usman, Ali radhiallahu a'nhum) dan siapa saja yang menyelisihi mereka sama dengan menyelisihi Nabi saw.
Didalam hadist Nabi bersabda:
Berpegang teguhlah pada sunahku dan sunah khulafa'u are easy is in yang mendapat petunjuk setelahku (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Note: Hasil kesimpulan dari berbagai literatur/ referensi yang telah al faqir baca
Oleh : Tgk. Syamsul Rizal
Setidaknya ada 3 hadist nabi yang menjelaskan tentang bilangan raka'at shalat tarawih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Imam Baihaqi dan Sunahnya dari Ibnu Abbas Radliyallahu Anhuma,
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: { كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ بِعِشْرِينَ
رَكْعَةً وَالْوَتْرَ
Dari Ibnu Abbas Radliyallahu Anhuma, beliau berkata: { Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melaknasakan shalat tarawih dibulan ramadhan sebanyak 20 rakaat dan ditambah shalat witir }.
روا ابن حبان عن جابر: { صَلَّى بِنَا رَسُول اللَّه ﷺ فِي رَمَضَان ثَمَان رَكَعَات ثُمَّ أَوْتَرَ، فَلَمَّا كَانَتْ الْقَابِلَة اِجْتَمَعْنَا فِي الْمَسْجِد وَرَجَوْنَا أَنْ يَخْرُج إِلَيْنَا حَتَّى أَصْبَحْنَا، ثُمَّ دَخَلْنَا فَقُلْنَا : يَا رَسُول اللَّه }
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dari sahabat Jabir, beliau berkata: ”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam shalat dengan kami pada malam Ramadhan delapan rakaat lalu mengerjakan shalat witir. Maka ketika malam berikutnya kami berkumpul didalam masjid dan berharap beliau akan keluar kepada kami, dan kami terus menerus dimasjid sampai pagi, kemudian kami masuk dan berkata kepada beliau: "Yaa Rasulullah kami berharap engkau keluar kepada kami dan engkau shalat dengan kami, maka beliau bersabda: "Saya tidak senang witir diwajibkan atas kalian’'}.
روا البخاري وغيره عن عائشة رضي الله عنها: { أن أَبَِا سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي }
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha : { sesungguhnya Abu Salamah bin Abdurrahman bertanya kepada Sayyidah Aisyah Radliyallahu Anha, "Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan?" ‘Aisyah lantas menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukan shalat lebih dari sebelas rakaat, baik pada bulan Ramadlan maupun lainnya. Beliau shalat empat rakaat, jangan kamu tanya bagus dan panjangnya. Beliau shalat empat rakaat, jangan kamu tanya bagus dan panjangnya. Setelah itu beliau shalat tiga rakaat.” Aisyah meneruskan ucapannya, “Aku lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum berwitir? ‘ beliau menjawab: “Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur tapi hatiku tidak” }.Mengenai hadist Ibnu Abbas yang di rawi oleh Ibnu Abi Syaibah dan Imam Baihaqi maka Imam Baihaqi berkomentar bahwa hadist tersebut dhaif sehingga tidak bisa dijadikan patokan dalil jumlah raka'at shalat tarawih.
Sedangkan hadist jabir yang dirawi oleh Ibnu Hibban masih terjadi banyak ihtimal/ kemungkinan yang tidak pasti terhadap makna hadist, karena boleh jadi Ibnu Hibban datang terlambat sehingga tarawih hanya tersisa delapan raka'at ataupun ia shalat bersama Nabi delapan raka'at karena terlebih dulu shalat dirumah dua belas raka'at dan masih ihtimal yang lainnya. Maka karena ihtimal tersebut hadist jabir tidak bisa dijadikan dalil jumlah bilangan rakaat shalat tarawih. didalam salah satu qaedah fiqh berbunyi:
إذا طرأ الإحتمال على وقائع الأحوال كساها ثوب الإجمال وسقط بها الإستدلال.
Lalu hadits Sayyidah Aisyah yang dirawi oleh Imam Bukhari dan yang lainnya bukan dalil tentang jumlah rakaat shalat tarawih karena jelas dalam hadist tersebut tertulis و لا فى غيره yang maksud nya nabi melakukan shalat tersebut tidak hanya dibulan ramadhan, sedangkan yang telah kita maklumi bersama bahwa shalat tarawih hanya dilakukan khusus dibulan ramadhan. Andai kata pun hadist tersebut tetap dipaksakan untuk menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih delapan raka'at maka sangat banyak hadist hadist lain yang menentang dengan hadist tersebut, karena dalam banyak hadist yang lain nabi shalat diwaktu malam melebihi sebelas raka'at. didalam qaedah fiqh berbunyi:
وإذا تعارضت الأدلة تساقطت ووجب العدول إلى غيرها.
Maka dari ketiga hadist diatas tidak ada satupun yang bisa menjadi dalil bagi jumlah raka'at shalat tarawih karena alasan yang telah dikemukakan diatas.
Lalu apakah yang menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih ??
Yang menjadi dalil jumlah raka'at shalat tarawih adalah ijma' para shahabat yaitu mereka menetapkan bahwa raka'at shalat tarawih sebanyak dua puluh rakaat. Berikut ini beberapa hadist yang menjelaskan tentang jumlah raka'at shalat tarawih nya para shahabat.
وروى مالك في الموطأ عن يزيد بن رومان، قال: { كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِثَلاثٍ وَعِشرِينَ رَكعةً } يعني انهم صلوا التراويح عشرين ركعة ثم اوتروا بثلاث.
"Imam Malik meriwayatkan dalam Muwattha' dari Yazid bin Ruman, beliau berkata : { Orang-orang pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra melakukan shalat (tarawih dan witir) duapuluh tiga rakaat }. maksudnya bahwa mereka malakukan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat kemudian witir 3 rakaat".
وروى البيهقي بإسناد صحيح : { أَنَّهُمْ كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَعَلَى عَهْدِ عُثْمَانَ وَعَلِيٍّ بِمِثْلِهِ }
"Imam Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang sohih : { bahwasanya mereka para sahabat itu mendirikan shalat tarawih pada masa Sayyidina Umar sebanyak 20 rakaat dan pada masa Sayyidina Utsman dan Sayyidina Ali juga sama }".Maka jumlah raka'at shalat tarawih yang tidak kurang dari dua puluh raka'at adalah ijma' para shahabat. Maka siapa saja yang menyelisihi nya sama dengan ia telah bersalahan dengan ijma' shahabi. Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa orang yang mengingkari ijma' secara umum terbagi kepada 2 pembagian.
1. Kafir apabila yang diingkari ijma' yang zharuri yaitu ijma' yang semua kalangan mengetahuinya seperti kewajiban shalat, puasa dan haji.
2.Haram/ tidak kafir apabila yang diingkari ijma' yang tiada zharuri.
Bahkan orang yang menyelisihi jumlah raka'at shalat tarawih dibawah dua puluh raka'at adalah orang yang menyelisihi khulafaurrasyidin (Abu bakar, Umar, Usman, Ali radhiallahu a'nhum) dan siapa saja yang menyelisihi mereka sama dengan menyelisihi Nabi saw.
Didalam hadist Nabi bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمُهْدِيِّيْنَ مِنْ
بَعْدِيْ (رواه أبو داود والترمذي).
Note: Hasil kesimpulan dari berbagai literatur/ referensi yang telah al faqir baca
Assalamualaikum Guree, peu keuh jeut lon salin Tulisan Guree untuk lon posting bak blog lon cit, kadang jeut keu ileumee untuk ureung2 yang baca in syaa Allah. mohon tanggapan Guree
ReplyDeleteWaalaikumsalam.
DeleteJeut, silahkan tengku..